Pada 30 Mei 1619, saat VOC
berhasil mengalahkan pangeran Jayakarta dan merebut kota bandarnya, Gubernur
Jendral saat itu, Jan Pieterzoon Coen menginginkan pembangunan fisik dan
menggulirkan roda perekonomian dan kehidupan kota dilakukan. Untuk membangun
kota bandar, sang Gubernur Jendral pun melirik pada seorang saudagar lada
Tionghoa, yang telah sukses di kawasan Banten. Sang pengusaha tersebut bernama
Souw Beng Kong atau So Bing Kong atau Su Ming Kang, telah menjadi saudagar muda
yang kaya raya dan tokoh Tionghoa terkemuka, serta memiliki hubungan erat
dengan Kesultanan Banten saat itu. Souw Beng Kong terpilih untuk membantu J.P Coen
membangun kota dikarenakan sifatnya yang cerdas, ulet, rajin dan bervisi luas.
Pada perkembangan kota bandar, masyarakat Tionghoa berperan dalam memajukan
kehidupan kota terutama dalam bidang ekonomi, sehingga kota tersebut menjadi
salah satu kota bandar yang terkenal di dunia. J.P.Coen pun melihat perlunya
seorang pemimpin yang mengatur kehidupan masyarakat Tionghoa terutama berkenaan
dengan kematian, pernikahan dan kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya. Karena
itu setelah Souw Beng Kong membantu J.P Coen mengembangkan kota bandar, yang
dikenal sebagai Batavia, sang saudagar kemudian diangkat menjadi Kapitan
Tionghoa pertama. Souw Beng Kong
kemudian menjadi sahabat J.P.Coen dan sering berperan sebagai diplomat dalam
hubungan Belanda dengan Banten-Inggris. Dia juga yang mengembangkan perdagangan
antara Taiwan dengan Batavia pada masa akhir Dinasti Ming. Souw Beng Kong
menjadi Kapitan Tionghoa pada periode 1619 – 1640. Sang Kapitan sekaligus
saudagar yang memiliki dua orang isteri perempuan Bali ini, wafat pada 1644,
dikarenakan sakit dan dimakamkan di kebunnya sendiri.
Foto : Diyah Wara, 2013